Selasa, 04 November 2014

Kenangan "Manis" di Maktabah Tunis. Memburu Buku Maqashid al-Syari'ah


Kenangan “Manis” di Maktabah Tunis
Memburu Buku Maqashid al-Syari’ah.
Catatan Hari Ketujuh di Tunisia, Sabtu, 25 Oktober 2014

  
Salah satu tugas yang harus diselasaikan oleh peserta POSFI 2014 adalah menulis buku referensi dengan rujukan mutakhir. Untuk memenuhi tugas tersebut, saya bersama peserta POSFI yang lain, pada hari Sabtu, 25 Oktober 2014 mendatangi beberapa toko buku di ibu kota Tunisia. Ibu kota pada hari itu tampak ramai dan sedikit terasa tegang. Bagaiman tidak, di setiap sudut kota, para polisi dengan persenjataan lengkap selalu mengintai dan mengawasi setiap warga Asing yang mondar-mandir di sekitar perkantoran dan fasilitas umum. Pemandangan tersebut terjadi karena Tunisia esok harinya, Minggu, 26 Oktober 2014, akan menyelenggarakan pesta demokrasi pemilihan anggota legislatif  kedua setelah revolusi tahun 2011 lalu.

Dengan sedikit khawatir, saya dan teman-teman berjalan kaki menelusuri pasar dan  pertokoan menuju toko buku. Pilihan pertama adalah toko buku bekas, dengan harapan dapat memperoleh buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. Sudah maklum, harga barang-barang di Tunisia, termasuk buku, dua kali lipat harga di Indonesia. Namun sayang, di toko buku bekas, saya tidak mendapati buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan penulisan buku atau jurnal dalam bidang saya, yaitu maqashid al-syari’ah. Mas Dede, tim POSFI Tunisia, dengan sabar kemudian menunjukkan kepada saya dan teman-teman tempat penjualan buku-buku kontemporer tentang sosial- keagamaan. Toko buku tersebut bernama “Maktabah Tunis” (toko buku Tunis
ia).
Baru saja saya melangkah ke pintu masuk, ternyata di samping kanan dari toko tersebut, berjajar buku-buku dengan judul bernuansa maqashi al-syariah. Sebut saja misalnya, antara lain: Naqd Nadlariyat al-Naskh, Bahts fi Fiqh Maqashid al-Syari’ah, karya Jasir ‘Audah; Maqashid al-Maqashid, al-Ghayat al-‘Ilmiyyah wa al-‘Amaliyat al-Maqashid al-Syar’iyyah, karya Ahmad al-Raysuni; Su`al al-Tadbir Ru`a Maqashidiyyah fi al-Ishlah al-Madaniy, karya Musfir bin ‘Ali al-Qahthaniy; al-Wa’y al-Maqashidiy Qira`ah Mu’ashirah li al-‘Amal bi Maqashid al-Syari’ah fi Manahi al-Hayat, juga karya Musfir bin ‘Ali al-Qahthaniy; al-Ijtihad al-Maqashidi Min al-Tashawwur al-Ushuliy Ila al-Tanzil al-‘Amali, karya Jasir ‘Awdah; al-Ijtihad al-Nash, al-Waqi’, al-Mashlahah, karya Ahmad al-Raisuni; Maqashid al-Syari’ahal-Islamiyyah wa Makarimuha, karya ‘Alal al-Fasi; Maqashid al-Syari’ah al-Islamiyyah wa ‘Alaqatuha bi al-Mabahits al-Lughawiyyah Ru`yah fi al-Muwazanah Bayn Muqtadhayat al-Lisan wa Maqashid al-Syari’ah, karya al-Basyir Syammam; dan masih berpuluh-puluh judul lainnya tentang maqashid al-syari’ah.

Ketika saya mengambil semua buku tersebut, penjaga toko tersebut mendekati saya seraya bertanya, “anta mutakhashshis fi maqashid al-syari’ah?” (anda fokus mendalami maqashid al-syari’ah?). Dengan sumringah, saya jawab, “betul, dan saya mencari buku-buku yang berkaitan dengannya”. Kemudian dia bilang, “huna markaz kutub maqashid al-syari’ah” (di sini pusat buku-buku maqashid al-syari’ah). Tanpa berpikir panjang lebar tentang harga dan sebagainya, saya membeli buku-buku tersebut. Dalam hati saya berkata, “bayangan saya, toko buku yang ditunjukkan oleh mas Dede tidak sebesar seperti yang saya datangi ini,”

Di bagian lain dari maktabah Tunis, juga tersedia buku-buku disiplin lainnya, seperti pemikiran tentang tafsir, sejarah, filsafat, hadits, bahasa, budaya, dan lainnya. Andai saja barang bawaan dalam bagasi pesawat tidak dibatasi dengan 30 kg/orang,  tentu saya akan membeli lebih banyak lagi buku-buku yang terjual di toko tersebut. Karena saya yakin, buku-buku tersebut masih langka, --untuk tidak memastikan tidak ada, di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar