Kenangan “Manis” di Maktabah Tunis
Memburu Buku Maqashid al-Syari’ah.
Catatan Hari Ketujuh di Tunisia,
Sabtu, 25 Oktober 2014
Salah satu tugas yang harus diselasaikan oleh
peserta POSFI 2014 adalah menulis buku referensi dengan rujukan mutakhir. Untuk
memenuhi tugas tersebut, saya bersama peserta POSFI yang lain, pada hari Sabtu,
25 Oktober 2014 mendatangi beberapa toko buku di ibu kota Tunisia. Ibu kota
pada hari itu tampak ramai dan sedikit terasa tegang. Bagaiman tidak, di
setiap sudut kota, para polisi dengan persenjataan lengkap selalu mengintai dan
mengawasi setiap warga Asing yang mondar-mandir di sekitar perkantoran dan fasilitas umum. Pemandangan tersebut terjadi karena Tunisia esok harinya,
Minggu, 26 Oktober 2014, akan menyelenggarakan pesta demokrasi pemilihan
anggota legislatif kedua setelah revolusi tahun 2011 lalu.
Dengan sedikit khawatir,
saya dan teman-teman berjalan kaki menelusuri pasar dan pertokoan menuju toko buku. Pilihan pertama
adalah toko buku bekas, dengan harapan dapat memperoleh buku-buku berkualitas
dengan harga terjangkau. Sudah maklum, harga barang-barang di Tunisia, termasuk
buku, dua kali lipat harga di Indonesia. Namun sayang, di toko buku bekas, saya
tidak mendapati buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan penulisan buku atau
jurnal dalam bidang saya, yaitu maqashid al-syari’ah. Mas Dede, tim POSFI
Tunisia, dengan sabar kemudian menunjukkan kepada saya dan teman-teman tempat
penjualan buku-buku kontemporer tentang sosial- keagamaan. Toko buku tersebut
bernama “Maktabah Tunis” (toko buku Tunis
ia).
Baru saja saya melangkah
ke pintu masuk, ternyata di samping kanan dari toko tersebut, berjajar
buku-buku dengan judul bernuansa maqashi al-syariah. Sebut saja
misalnya, antara lain: Naqd Nadlariyat al-Naskh, Bahts fi Fiqh Maqashid al-Syari’ah,
karya Jasir ‘Audah; Maqashid al-Maqashid, al-Ghayat al-‘Ilmiyyah wa
al-‘Amaliyat al-Maqashid al-Syar’iyyah, karya Ahmad al-Raysuni; Su`al
al-Tadbir Ru`a Maqashidiyyah fi al-Ishlah al-Madaniy, karya Musfir bin ‘Ali
al-Qahthaniy; al-Wa’y al-Maqashidiy Qira`ah Mu’ashirah li al-‘Amal bi
Maqashid al-Syari’ah fi Manahi al-Hayat, juga karya Musfir bin ‘Ali
al-Qahthaniy; al-Ijtihad al-Maqashidi Min al-Tashawwur al-Ushuliy Ila
al-Tanzil al-‘Amali, karya Jasir ‘Awdah; al-Ijtihad al-Nash, al-Waqi’,
al-Mashlahah, karya Ahmad al-Raisuni; Maqashid al-Syari’ahal-Islamiyyah
wa Makarimuha, karya ‘Alal al-Fasi; Maqashid al-Syari’ah al-Islamiyyah
wa ‘Alaqatuha bi al-Mabahits al-Lughawiyyah Ru`yah fi al-Muwazanah Bayn
Muqtadhayat al-Lisan wa Maqashid al-Syari’ah, karya al-Basyir Syammam; dan
masih berpuluh-puluh judul lainnya tentang maqashid al-syari’ah.
Ketika saya
mengambil semua buku tersebut, penjaga toko tersebut mendekati saya seraya
bertanya, “anta mutakhashshis fi maqashid al-syari’ah?” (anda fokus
mendalami maqashid al-syari’ah?). Dengan sumringah, saya jawab,
“betul, dan saya mencari buku-buku yang berkaitan dengannya”. Kemudian dia
bilang, “huna markaz kutub maqashid al-syari’ah” (di sini pusat
buku-buku maqashid al-syari’ah). Tanpa berpikir panjang lebar tentang
harga dan sebagainya, saya membeli buku-buku tersebut. Dalam hati saya berkata,
“bayangan saya, toko buku yang ditunjukkan oleh mas Dede tidak sebesar seperti
yang saya datangi ini,”
Di bagian lain dari maktabah Tunis, juga
tersedia buku-buku disiplin lainnya, seperti pemikiran tentang tafsir, sejarah,
filsafat, hadits, bahasa, budaya, dan lainnya. Andai saja barang bawaan dalam
bagasi pesawat tidak dibatasi dengan 30 kg/orang, tentu saya akan membeli lebih banyak lagi
buku-buku yang terjual di toko tersebut. Karena saya yakin, buku-buku tersebut
masih langka, --untuk tidak memastikan tidak ada, di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar