Selasa, 04 November 2014

Memahami Jati Diri Tunisia Dibalik Puing-Puing Kerajaan Chartage


 Memahami Jati Diri Tunisia
Dibalik Puing-Puing Kerajaan Carthage
Hari Kesepuluh di Tunisia, Rabu, 29 Oktober 2014



Tunisia kaya dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, diantaranya adalah puing-puing reruntuhan kerajaan Kartago (Carthage), berdiri sekitar tahun 814 SM. Kerajaan Kartago yang terletak di Tunisia menjadi pusat  Kerajaan Romawi di Selatan Mediterania. Tempat inilah yang menjadi pilihan kunjungan saya bersama peserta POSFI yang lain pada hari Rabu, 29 Oktober 2014. Di tempat tersebut terdapat puing-puing taman (hammamat) termegah yang dimiliki raja-raja Romawi. Ia dibangun antara tahun 145 M dan 165 M. Dalam sejarah disebutkan, bahwa hammamat Carthage dihancurkan oleh kerajaan Vandal, dan dibiarkan terkubur dalam tanah, dan baru disingkap dari timbunan tanah pada tahun 1945. Selain hammaat, di Carthage terdapat Gereja tua, dibangun pada abad ketujuh masehi, dan rumah “adat” Romawi (al-manazil al-Rumaniyyah/villas), serta moseum benda-benda bersejarah kerajaan Romawi.
Banyak hal yang dapat diambil manfaatnya dari kunjungan ke tempat bersejarah tersebut, yaitu antara lain:
1. Negara tidak boleh mengabaikan fakta sejarah, apalagi memutarbalikkan dan menghancurkannya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau belajar dari sejarah, sehingga tidak tercerabut dari akar jati dirinya.
2. Peninggalan bersejarah menyimpan seribu makna yang dapat ditangkap oleh siapapun yang mau memaknainya, dan kemudian makna-makna tersebut dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sekarang dan akan datang. Oleh karena itu, tidak ada seseorangpun yang dapat mengklaim sebagai satu-satunya orang yang berhak memberikan interpretasi terhadap benda bersejarah tersebut. Adalah suatu hal yang wajar  kalau masing-masing  orang yang mendatangi tempat bersejarah, termasuk Carthage,  akan mendapatkan kesan atau makna yang berbeda dengan makna atau kesan yang ditangkap oleh orang lain.
3. Kalau warga negara Tunisia bangga dengan Carthage sebagai bukti sejarah panjang negaranya, maka kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya juga bangga dengan sejarah bangasa kita, seperti kerajaan Majapahit, Sriwijaya dan lainnya. Namun pertanyaanya kemudian adalah, sudahkah negara kita, tepatnya pemerintah, telah melakukan  pelestarian puing-puing bersejarah berkaitan dengan napak tilas kerajaan-kerajaan besar di Indonesia? Kalau di Carthage Tunisia pengunjung disuguhi bekas peti raja-raja Romawi, lalu dimanakah gerangan orang Indonesia mendapati tempat  patih Gajah Mada beristirahat selama-lamanya?. Sampai saat ini, yang dapat menjawab kegelisahan tersebut hanya mendiang Patih Gajah Mada sendiri, kalau bukan “rumput yang bergoyang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar