Bersama
Dubes Tunisia:
Promosi
Indonesia di “Serambi Mekkah” Afrika.
Catatan Hari
Keempat di Tunisia, Kamis, 23 Oktober 2014
Pada hari keempat di Tunisia, tepatnya hari Kamis, 23
Oktober 2014, kami bersama peserta POSFI yang lain melakukan audiensi dengan
Dubes Republik Indonesia di Tunis, bapak Ronny Prasetyo
Yuliantoro. Audiensi
dilaksanakan di ruang pertemuan lantai tiga gedung KBRI. Dalam pertemuan
tersebut Dubes memberikan penjelasan bahwa Tunisia sebenarnya menarik untuk
dijadikan salah satu tujuan wisata dan sekaligus studi ilmu ke-Islaman, karena
sejatinya Islam pertama kali masuk ke Eropa adalah di Tunisia, melalui salah
seorang sahabat Nabi, ‘Uqbah bin Nafi’ . Disamping itu, lanjut Dubes,
secara konstitusional, Tunisia adalah negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi negara dan membuka lebar-lebar
pintu demokrasi, serta mengidentitaskan dirinya sebagai bangsa Arab.
Tiga karakter tersebut (Islam-Arab- Demokrasi)
menjadikan Tunisia secara sosiologis-antropologis jauh berbeda dengan
Indonesia, walaupun sama-sama mendeklarasikan dirinya sebagai negara demokrasi.
Indonesia dibangun di atas keaneka ragaman suku, bahasa, dan agama dalam sebuah
konstitutisi Pancasila dan UUD 1945, sementara Tunisia dibangun dalam
keseragaman etnis, yakni Arab, dan Islam. Namun demikian,
hubungan umat beragama di Tunisia relatif lebih kondusif dibanding dengan
negara-negara Islam lainnya di Timur Tengah. Di Tunisia nyaris tidak terjadi
kegaduhan apalagi benturan antar para pemeluk agama seperti di Syiria, Irak, Iran, Mesir,
dan Palestina. Pemeluk agama Yahudi di Tunisia dengan nyaman dan damai hidup di
pulau Jaba untuk melakukan segala aktifitas keagamaan maupun lainnya.
Hal yang paling ditekankan oleh Dubes ketika audiensi dengannya adalah agar peserta POSFI
berupaya untuk eksplorasi segala bentuk hubungan bilateral Indonesia-Tunisia,
khususnya di tempat tugas, yakni Universitas Manouba dan Universitas Souse.
Masyarakat Tunisia perlu mendapatkan pencerahan langsung dari orang Indonesia,
bagaimana sesungguhnya Indonesia dalam melakukan pencegahan awal menghadapi
gerakan ektrimisme, seperti terorisme, al-Qaida, ISIS dan lainnya. Masyarakat Tunisia juga perlu diberi
pemahaman dan pengertian, bahwa Indonesia adalah negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia dengan pola keberagamaan yang moderat.
Dengan pemahaman yang benar dan utuh tentang Indonesia,
diharapkan dapat meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Tunisia dalam
berbagai aspek: ekonomi, budaya, pendidikan, dan lainnya. Semoga.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar